Kamis, 01 Maret 2012

Tugas cerpen untuk praktek bahasa indonesia ( samson sihombing )

Diary ku dan adikku



Ini perjalanan hidup ku bersama adik ku. Kami terlahir dari keluarga yg sederhana .
Ayah ku bekerja sebagai anggota di salah satu pasar di kota kecil ini dan ibu bekerja sebagai ibu rumah tangga .
Kami terlahir hanya dua bersaudara dan aku anak paling besar , umurku baru 10 tahun dan adikku 7 tahun dan kami berdua laki.laki.
Aku dan adikku tidak pernah merasakan yg namanya bangku sekolah karena keadaan orang tua kami tidak mencukupi dan itu karena ayah seorang pemabuk dan pejudi.
Setelah pulang bekerja ayah pasti pulang mabuk dan selalu ribut bersama ibu di rumah.
Oleh karena itu aku dan adik di suruh ibu untuk bekerja sebagi tukang penyemir sepatu di jalanan.
Awalnya pekerjaan itu sangat menakutkan bagiku dan adik karena dimana-mana selalu ada kekerasan yang tak berhujung oleh sesama anak-anak jalanan maupun orang-orang di sekitar tempat kami mencari makan itu.
Tetapi dengan keyakinan penuh aku dan adik mulai mencoba bersahabat dengan anak-anak jalanan lainnya.
Selain menyemir kadang aku juga ikut mengamen bersama anak-anak jalanan senior ku,aku mulai terbiasa dengan hidup ku yg sekarang ini dan aku juga bahagia kok bisa menjalani hidup apa adanya di jalanan ini tapi ya lain halnya dengan adikku mungkin dia terkejut dengan keadaan ini karena dia biasanya di manja oleh ayah di rumah.
walaupun perih tetapi aku dan adik tetap melalui nya dengan semampu kami kaarena ini lah jalan terbaik agar aku dan adik bisa dapat makan .

Tetapi lain halnya jika kami sampai di rumah,karena kami selalu di pukul oleh ibu jika uang hasil kami mengamen dan menyemir tidak seperti yang dia inginkan.
Jika kurang dari yang di sarankan oleh ibu pasti kami selalu di pukul,tidur di luar dan tidak dapat sebutir nasi pun dari ibu.
Ayah jarang pulang karena dia lebih suka mabuk-mabukan dan berjudi di luar sana timbang mengurus keluarga yang di tinggalkan nya di rumah.
Pada suatu hari ayah pulang mabuk dan Dia meminta uang pada ibu untuk modal Nya berjudi tetapi ibu tidak mau memberikan , aku dan adik datang ke ruang tamu dimana sumber keributan itu berada .

Lalu aku berkata pada Ayah kalu ibu tidak punya cukup uang untuk modal Ayah berjudi karena untuk sarapan besok aja kita masih berpikir.

Tetapi ayah menghiraukan perkataan ku dan bergegas pergi ke dapur , Dia keluar dari dapur dengan membawa kayu bakar dan memukul Ibu karena belum juga memberikan Dia uang , tetapi ibu tetap berkeras dan akhirnya ayah memukul ibu dengan menggunakan kayu bakar yang baru di ambil nya dari dapur tersebut.
Ibu sempat terjatuh dan akhirnya berdiri lagi dan berlari kearah pintu depan rumah dan bergegas meninggalkan rumah sesampainya di halaman aku dan adik mengejar ibu sambil menangis , ibu berhenti dari larinya dan aku berkata pada ibu supaya tidak meninggalkan kami.
Ibu berkata “ pulang lah nak kalu ibu sukses di luar sana ibu pasti datang menjemput kalian “.
Mendengar perkataan itu aku dan adik hanya bisa menangis menyaksikan kepergian ibu.
Pada esok harinya aku dan adik punya tujuan untuk pergi dari rumah dan meninggalkan rumah itu sejauh mungkin karena kami benci pada ibu yang tega meninggalkan kami dan juga sangat benci pada ayah yang tau nya cuma mabuk-mabukan dan berjudi itu.
tetapi walaupun mereka begitu kami tetap menyayangi mereka karena sudah membesarkan kami walaupun begini keadaan yang sebenarnya terjadi.
Selama seminggu berlalu ibu juga belum pulang , akhirnya aku dan adik jadi pergi meninggalkan rumah pergi jauh dari rumah dan kembali hidup seperti gimana kami sebelumnya yaitu kembali ke jalanan .
Dengan bermodalkan gitar kecil ku dan kotak semir sepatu adikku dan modal tekat yang besar kami berangkat meninggalkan rumah tanpa sepengetahuan ayah apalagi ibu.
Dengan penuh tekad kami akan menjalani hiduo tanpa mengenang lagi yang dinamakan keluarga.
Aku dan adikku dan juga anak jalanan senior yang juga ingin mencari kehidupan yang lebih baik di luar sana berangkat dengan menggunakan mobil-mobil besar yang kami tumpangi atau sering di sebut juga mobil truck , ya pas sekali jumpa dengan mobil truck dengan supir nya yang baik hati memberikan kami tumpang pas di ketika itu dia ingin ke kota yang kami tuju.
Tk terasa hari berganti dan kami sampai di kota yang besar itu yang bisanya sih di sebut orang kota metropolitan , tapi kata orang yak lo aku sih blom tau , habisnya baru kali ne aku memijakkan kaki ku di kota yang besar ini. ( hahahaha)
Sesampainya disitu kami mengucapkan terimakasih pada supir yang baik hati itu dan salah satunya ya aku dan adikku .
Aku agak khawatir keberadaan kami disini akan banyak menimbulkan masalah Karen kota ini katanya kota yang sangat kejam baik orang-orang yang tinggal disini maupun anak-anak jalanan nya.
(wihhh merinding aku)
ya tapi mau gimanalagi namanya juga cari hidup yang layak buat ku dan buat adikku .
Pada suatu hari aku dan adik pergi ke sebuah warung untuk mengamen untuk makan siang kami tetapi kami bukannya diterima dengan baik malah kami di usir dengan kejinya oleh si pemilik warung tersebut , aku dan adik pergi untuk mencari tempat-tempat yang lain agar kami dapat makan .
Waktu demi waktu, warung demi warung kami jalani dengan penuh pengharapan , akhirnya kami dapat duit yang cukup buat makan walaupun cuma 1 bungkus nasi tapi kami tetap menikmatinya kok karena tklo tak makan bisa-bisa sakit lagi dan gak bisa ngamen kan.
Waktu demi waktu , hari demi hari kami lalui tanpa terasa kami sudah setahun meninggalkan rumah , ya mungkin karena kami menjalaninya tanpa beban kali ya.
Pada suatu hari di saat kami dalam perjalanan pulang mengamen tiba-tiba berhenti sebuah mobil mewah berhenti di depan kami dan turun seorang wanita cantik yang tidak lain adalah ibu kandung ku.
kami tidak menyangka kalu itu ibu karena dia belum pernah kami lihat secantik itu apalagi dengan menggunakan gaun yang sangat indah itu , ya kalau harga gaun nya aja sih bisa buat makan setahun aku sama adikku (hahahahaha).
Aku dan adik berlari kearah ibu dan memeluk ibu dengan erat dan kami mengeluarkan air mata tanda rindu kami kepada ibu yang sangat mendalam karena sudah lama nggak lihat ibu dan dengar suaranya.
Ibu mengajak kami ke sebuah taman di kota itu , disana ibu menangis melihat tampilan dan keadaan kami yang sekarang semenjak di tinggalkan ibu.
Ibu bercerita tentang apa yang terjadi pada ibu selama ibu pergi meninggalkan rumah , di saat ibu bercerita datang seorang lelaki yang umurrya sih sepertinya lebih tua jauh dari ibu , ya kalau bias di bilang dia lebih mirip kakek kami..
(huuusss bukan ngejek ya tapi emank begitu adanya.. hahaaha)
Dia memaksa ibu untuk masuk ke dalam mobil mewahnya tersebut , sambil menangis ibu berpesan agar besok jumpa di taman ini dan pada pukul/jam yang sama pula.
Aku dan adik hanya bisa terdiam dan menangis melihat kepergian ibu yang ke dua kalinya dari hadapan kami.Tetapi dalam benakku masih bertanya-tanya siapa sebenarnya lelaki tua tersebut.
Tapi ya sudahlah mungkin dia saudar ibu yang benci melihat anak jalanan seperti kami ini .
Aku dan adik pergi meniggalkan taman tersebut dan mencari tempat kami tidur karena pada malam itu gerimis datang menghantui kami , dan dapat lah tempat di halaman kota yang mewah tersebut ya syukur nggak kenak hujan mau tidur.
Pada saat bangun pagi , aku melihat adik yang masih tertidur dengan pulasnya dan aku merasa ada yang ganjil diantara kami berdua , setelah ku perhatikan sekian lama aku melihat yang ganjil itu adalah gitar kecilku dan kotak semir sepatu adikku sudah tidak ada lagi di pelukan kami .
Aku meninggalkan adik yang sedang tidur untuk mencari gitar dan kotak semir adikku , hampir setengah hari aku mencari tapi belum juga dapat/nampak gerangan gitar dan kotak semir adikku itu , dengan penuh perasaan kesal dan emosi aku kembali ke tempat dimana adikku ku tinggalkan tertidur tadi.
Sesampainya disitu aku melihat wajah adik pucat sekali dan hidung nya mengeluarkan darah dan badannya panas tinggi , aku nggak tau mau berbuat apa lagi , aku pergi meninggalkan adik dan berpesan jangan kemana-mana karena aku pasti kembali membawa dia makanan dan berobat ke dokter.
Aku pergi ke pasar dimana tempat perbelanjaaan itu ramai dengan pengunjung yang mau berbelanja , aku melihat ada seorang ibu yang sedang mengeluarkan dompet nya dari dalam tas nya , timbul keinginan ku untuk ingin memiliki dompet tersebut untuk biaya perobatan adikku yang sedang sekarat disana.
Dengan penuh tekad aku merampas dompet ibu-ibu tersebut dan berlari sekencang mungkin dan dalam pikiran ku hanya terlintas wajah adikku , ya sempat sih di kejar oleh beberapa orang yang ada di pasar itu , ya mungkin pas disitu hari keberuntungan aku akhirnya bisa lolos dari mereka yang mengejarku.
Secepatnya aku menghampiri adikku yang aku tinggalkan tadi dan secepatnya aku membawa nya ke puskesmas , dokter tersebut berkata kalu dia terserang penyakit typus , ya aku sih nggak tau itu penyakit apa tapi yang paling penting adalah agar adikku dapat sembuh dan dokter menyarankan agar dia di rawat inap , untung hasil rampasan aku tadi bisa cukup untuk biaya yang di katakana dokter itu.
Aku berdoa pada Tuhan” kalau apapun yang terjadi sama ku karena aku menjambret tadi Tuhan , aku rela di hukum mati.
Tapi hanya satu yang ku minta Tuhan sembuhkan lah adikku ku yang sedang terbaring disana biar kan dia bisa menikmati hidup nya lebih lama lagi ..
Hanya itu doaku Tuhan.
AMIN…
Setelah selama tiga hari akhirnya adik bisa dokter kata dokter tapi dokter berpesan agar adikku tidak terlalu capek , tetapi adik tidak mengiraukan perkataan dokter dan perkataan ku .
Adik tetap ingin menyemir dan mengamen , aku sudah beberapa kali melarangnya dan bahkan hampir memukulnya agar cukup aku aja yang carik makan tetapi tidak di hiraukannya.
Pada suatu malam kami mengamen di salah satu warung bandrek susu , disana kami meluhat ibu dan lelaki tua itu duduk dengan santai nya dan ibu seperti nya bahagia sekali bersama lelaki itu. Tetapi melihat itu kami tidak menghentikan kegiatan kami , kami tetap bernyanyi dan bernyanyi agar ada orang yang mau memberikan sepersen uang buat makan kami .
Tiba-tiba ibu melihat kami dan ibu menarik kami masuk ke dalam mobil mewah yang sebelumnya pernah kami lihat yang tak salah lagi mobil lelaki tua yang bersama ibu itu.
Ibu hanya bisa menangis terus melihat keadaan ku dan adik dan ibu mengajak kami berdua agar ikut bersama Nya , Tak terasa sampai ke sebuah istana yang sangat mewah dan ternyata itu rumah lelaki tua itu. Sesampainya di dalam rumah ibu menceritakan semua yang terjadi pada ibu dan ternyata lelaki tua itu adalah suami ibu yang baru , awalnya kami sempat shock mendengar perkataan ibu itu tp ya bagaimana lagi mau di kata karena kapan lagi aku dan adik bisa menikmati yang selama ini kami carik tanpa capek turun ke jalanan lagi untuk mengumpulkan uang recehan. (hahaha)
karena di rumah ini lengkap semua fasilitas nya jadi kami tak merasakan lagi yang namanya kelaparan , kedinginan , dan kesengsaraan lainnya..
(walaupun dia udah tua tapi yang penting kaya… hahahahahaha)

Di saat ibu sedang bercerita lelaki tua itu menanyakan kepada ibu ,
“siapa anak-anak yang dua ini “ Tanya lelaki itu..
“mereka ini anak-anak kandung ku” jawab ibu dengan tenang ..
Mendengar perkataan itu lelaki tua yang kami sebut ayah itu sekarang sepertinya kelihatan senang sekali menerima kehadiran aku dan adik.
setelah beberapa bulan berada dirumah yang tak berkekurangan itu terlintas difikiranku tentang ayah kandungku yang ada dipondok kecil disebuah perkampungan itu,besoknya aku mengajak ibu dan adik untuk melihat keadaan ayah dikampung halamanku itu tanpa sepengetahuan ayah tiriku. Kami berangkat kesana dan tibanya disana aku masuk kedalam rumah yang dulunya tempat tinggalku, dan tibanya didalam aku melihat ada wajah baru yang sangat asing yang tak pernah kulihat sebelumnya.
mereka menanyakan kepadaku.
“ sedang apa dikk ?? ” mau cari apa ?? “ Tanya orang asing itu kepadaku ..
aku balik bertanya kepada orang asing itu “ ayahku yang punya rumah ini ,dimana ?? ”
tak lama kemudian mereka menceritakan semua yang sebenarnya terjadi kepada kami.
Pada saat itu ayah kalian mabuk dan kalah berjudi . dia menjual rumah ini.

“ jadi dimana sekarang ayahku “ tanyaku dengan rasa khawathir
dia hanya diam dan tidak bisa menjawab pertanyaanku ..

akhirnya ,…
Dia menceritakan bahwa ayahku sudah meninggal seminggu setelah dia menjual rumah ini ..
Aku , Ibu dan adik sangat terkejut . dia mengatakan bahwa ayah dikebumikan di TPU dekat kantor pak lurah yang tak jauh dari rumah tempat kelahiranku itu.

Kami pun pergi kesana dan mencari makam ayah. Sesampainya dimakam ayah .
Kami hanya bisa menangis dengan penuh rasa penyesalan karena sudah meninggalkan ayah sendirian dikampung ini.
Hari sudah mulai gelap , langit yang tadinya cerah kini berubah menjadi kuning keemasan.


kami pun segera kembali bergegas kembali menuju rumah mewah itu .memulai hidup baru dengan ibu dan adik tanpa kekurangan, walaupun berat menikmatinya tanpa ayah kandung.

Tak terasa setelah beberapa tahun kemudian . kami mulai terbiasa dengan kehidupan kami yang sekarang. Aku dan adik menganggap cerita perjalanan hidup kami selama dijalanan adalah kenangan termanis yang pernah kami lalui karena mensyukuri apa adanya akan berbuah indah pada waktunya .





Nama : Samson sihombing
Kelas : XII IPS 1
SMA NEGRI 4 PEMATANG SIANTAR

Tugas cerpen untuk praktek bahasa indonesia ( ricky henrico sutan damanik)

Nama : Ricky Henrico Sutan Damanik
Kelas : XII ips 1
“Ulang tahun penantian salam”


Aku bangun dengan jiwa berpengharapan. Matahari pagi menembus kisi-kisi batinku yang remang. Sejenak hatiku terasa ringan ketika merasa seharusnya ada sesuatu yang "manis" untukku hari ini. Semalam, aku memang tidur lebih cepat. Karena aku ingin lebih cepat menyongsong pagi.
Perasaan itu membuatku segera terbang ke kamar mandi. Kucuran air membuatku terasa nyaman. Lalu kubiarkan busa sabun menjilati tubuhku yang telanjang. Membilasnya. Membelitkan handuk di tubuhku. Mengenakan pakaian. Berkaca. Sambil memakai seragam sekolah.

Saat mereguk kopiku yang masih hangat di atas meja, aku tersenyum ketika melihat banyak SMS masuk yang berisi ucapan selamat ulang tahun. Meski begitu banyak SMS yang masuk, tetapi aku masih menunggu dari seseorang....

Pagi sudah menunjukkan pukul 07.00, warna langit yang tadinya gelap kini berubah menjadi kuning keemasan ,mentari mulai tersenyum menampakkan sinarnya, ku teguk habis kopi hangatku dan kusambar helm ku dari atas kursi . segera ku berpamitan kepada orang tuaku ..
Takut aku terlambat menuju tempatku menuntut ilmu. Jangan anggap aku anak rajin kalau sering berangkat ke sekolah pagi-pagi. Apalagi menganggapku pintar, itu salah besar. Sesungguhnya aku bodoh, berotak bebal. Tiap tahun, lima ranking paling buncit di kelas, salah satunya pasti milikku. Jadi, kalau pun naik kelas, kupikir karena nasib baik saja. Setelah lancar mengeja, menulis, menjumlah, dan cukup tahu sedikit tentang sejarah, tak ada lagi manfaat yang kupetik dari sekolah. Di mataku, gedung itu malah menyerupai lintah. Makin hari makin bengkak, saking rakusnya menghisap darah. Aku dipaksa membeli buku ini itu atau membayar biaya ini itu. Kalau tak dituruti, siap-siaplah kena marah atau dipersulit di kemudian hari.

Aku keluar rumah menuju garasi . kuhidupkan sepeda motorku dan segera ku tancap gas kuda besiku saat ini aku adalah remajayang baru genap berumur 17 tahun dengan seragam putih abu-abu , sepatu bermerek dari sebuah toko dipusat kota, parfum beraroma laut tropis dan handphone tipe terbaru ,duduk di atas jok empuk diatas sepeda motor yang kecil dan lincah, dengan hembusan angin yang halus.

Setiap hari sebelum aku menuju tempatku menuntut ilmu, aku melewati 3 lampu merah dan sebuah terminal. Di Terminal, aku leluasa melihat para pedagang kaki lima yang berseliweran menjual buah-buahan, permen, tisue, pangsit mie, sampai VCD bajakan. Aku mengamati para kernet, sopir, makelar, pengamen sampai pengemis. Mereka beraktivitas dengan ekspresi bebas. Mereka duduk mencakung, merokok, tertawa terbahak menampakkan gigi geligi yang hitam karena kerak nikotin dan bermain kartu. Tidak adakah himpitan kesusahan menekan batin mereka? Ataukah kesusahan sudah begitu akrab menjadi sahabat mereka sehingga tidak perlu lagi untuk ditangisi? Aku berpikir diam-diam.


Sekelompok pengamen datang dan mulai mendendangkan lagu dengan suara sumbang, ditingkahi suara botol galon air minum mineral dan bunyi uang logam beradu. Kulirik dengan ekor mataku, salah satu di antara mereka adalah seorang gadis dengan wajah cukup manis kalau saja tidak banyak luka-luka parut yang terlihat jelas di lengannya sebelah dalam.

Aku sempat memikirkan bekas luka itu karena apa? Karena narkobakah? Bekas berkelahikah? Kenapa gadis semanis dia memiliki luka parut begitu banyak di lengannya? Apakah luka parut di hatinya lebih banyak lagi karena hidupnya begitu pahit?

Pahit?

Rasa pahit itu menyeruak tanpa permisi ke dalam dadaku karena ring tone ponselku yang kutunggu sama sekali belum berbunyi.
Sesampainya disekolah kuparkirkan sikuda besiku , dengan langkah sedikit cepat aku berlari menuju barisan dengan nafas terengah-engah ..
Bel berbunyi itu menandakan pelajaran akan segera dimulai , aku tidak konsentrasi menerima pelajaran yang diberikan oleh bapak guru. Mataku terfokus pada jam dinding yang berada ditengah atas kelas . Ini sudah lewat setengah hari, begitu aku membatin dalam hati dengan perasaan gelisah. Tetapi kenapa yang kuharap dan kutunggu belum juga mengirim salam?
Keputus asaan sudah membayangiku …
apakah dia tidak ingat kalau sekarang adalah hari penting bagiku ??

Bel panjang sudah berbunyi , itu memberi isyarat bahwa pelajaran telah selesai .
Tapi mengapa yang ku tunggu-tunggu belum juga datang ??
kusandarkan badanku di suut-sudut tiang sekolah sambil menyendiri. Aku bangkit dari dudukku dan menyelonjorkan otot-otot punggungku yang kaku karena sudah terlalu lama menunggu.

Aku masih belum berniat pulang. Aku masih menanti. Aku melangkah gontai menembus gerimis menggigil dingin, membiarkan sepatuku, bajuku, rambutku, tubuhku, wajahku, seluruh pipiku basah. Aku tidak tahu, basahku karena gerimiskah atau karena air mata. Aku ingin menghabiskan waktu menunggu salam selamat ulang tahun dari si dia. Seharian penuh aku mengamati setiap perubahan yang ada di langit sana. Dan ketika awan-awan itu kian memerah dan akhirnya hilang, cinta sudah membuatku bodoh. Sebetulnya aku membenci keadaan ini.
“Selingkuh? Hanya laki-laki tak bermoral yang selingkuh. Jangan samakan aku dengan mereka,”
“ tapi hanya ada satu diantara tiga laki-laki seperti itu didunia ini !! “ jawabnya
“ aku tidak seperti itu !! “ jawabku
Hanya itu kata-kata terakhir yang kuucapkan kepada dia yang akhirnya membuat kami berpisah
Setelah dia pergi bergegas meninggalkan aku.

Aku tersalib kecewa dan luka. Kulihat bukan saja kepalaku, tanganku, kakiku, tubuhku berdarah, tetapi hatiku, jantungku, paru-paruku, lidahku, mataku, telingaku, semua mengucurkan darah.....
Pematang siantar sudah mengellap segera ku hidupkan sepeda motorku dan aku bergegas pulang.
Oke. Aku pulang.

Hanya ada dua hal di kepalaku selama perjalanan
Tapi dua hal itu sudah terlalu banyak untuk jarak tempuh yang rasanya sangat pendek ini. Aku besar di lingkungan yang keras. Kawasan tempat tinggal kami tersohor sebagai kompleks elite di kota ini. Ibarat akar pohon yang menancap kuat dalam tanah, julukan itu tak bisa dirobohkan lagi. Sama seperti rasa benciku pada dia .

Semestinya aku belum berniat pulang, kalau saja tidak merasa khawatir kemalaman dan orang tua sudah cemas menungguku dirumah . sesampainya dirumah.Kuraba saku celana ku. Kulihat telepon selularku masih dalam keadaan yang sama. Tidak ada message, tidak ada miscall, tidak ada mailbox...

Semenit sekali aku masih selalu bisa merasakan puncak kegelisahan itu.

Begitulah aku menikmati usia tujuh belasku. Beberapa hari sebelum hari kemarin. Tetapi mulai hari kemarin aku mulai terganggu dengan hidupku sendiri. Aku mulai berfikir kenapa dia tidak mau mengucapkan selamat ulang tahun kepadaku . apakakah kesalahanku terlalu besar kepadanya ?
Hingga pintu hatinya sudah mengkristal dan membeku sampai-sampai dia sangat membenciku ?

Ditemani alunan lagu dari salah satu penyanyi kesukaanku yang terdengar dari headset yang menempel ditelingaku , aku mulai mengobati luka-luka perih didalam hatiku..
kucoba untuk menghibur diriku sendiri .

aku merasa penantianku sia-sia. Ia kucari sampai ke ujung mimpi. Kubatin, kupanggil, kunanti, dengan seluruh pengharapan dan kerinduan. Tetapi ruang hampa yang kudapati. Sehingga, kuputuskan untuk bersahabat saja dengan rasa benci dan rasa sakit. Mungkin akan menjadi lebih ramah dan menyenangkan. Ternyata benar. Membenci lebih mudah daripada memaafkan. Sakit lebih nikmat daripada pengharapan. Jadilah rasa benci dan sakit yang kusimpan untuk dia.

Aku tercenung. Sesakit itu pula yang pernah kurasakan. Betapa rasa benci itu melebihi rasa sakit. Aku juga benci setengah mati kepada dia. Kenapa ia tidak mencariku kalau ia mencintaiku?
Tapi, apakah ini tepat ?
Mengapa tidak?

Tetapi di sisi lain aku harus berbuat sesuatu baginya dan bagi surau dalam pikirannya. Padahal aku ingin mengatakan sesuatu kepadanya, bahwa obat mujarab cinta adalah rasa percaya, meskipun aku sendiri belakangan ini tidak yakin dengan kesimpulanku sendiri.

kuselesaikan malam ku dengan air mata yang berurai. Aku merasa menjadi laki-laki paling cenggeng dan tolol .Semua bebanku kusimpan sendiri . Aku menjadikan kedua lenganku sebagai bantal dan mataku menatap serat-serat kayu yang menjadi langit-langit rumah ..

Aku berbaring telentang di atas ranjang yang senyap. Di sampingku, telepon selularku masih dalam keadaan on. Akalku menyuruhku lebih baik tidur saja dan melupakan harapan sebiji sawi yang sejak pagi kuletakkan di tempat yang tertinggi.

"Lupakan saja... perempuan itu menipumu...", begitu kata otakku. Tetapi perasaanku mencegahnya dan tetap memelihara asa setipis kulit bawang itu. "Hari ini belum habis...perempuan itu tidak menipumu... dia memikirkanmu...," begitu kata batinku.
Akal dan perasaanku terus berperang sampai menjelang tengah malam. Tetapi kenyataannya toh perasaan yang selalu menang.
Aku tetap memelihara asa setipis kulit bawang itu !

Lima Februari dua ribu dua belas sudah lewat....
Tidak ada apa-apa di telepon selularku. Benda komunikasi canggih abad millennium itu tetap diam tidak bergerak. Aku tidak tahu apakah aku harus tertawa atau menangis untuk ketololanku atau kenaifanku? Aku tidak tahu apakah aku harus membuang biji sawi ataukah menyimpan kulit bawang?

Yang kutahu, ada rasa asin menganak di lekuk pipiku ketika aku menggambar rupanya, menulis namanya, mendengung suaranya di langit luas, di langit kamarku, di langit hatiku...
Kututup mata... dengan bayang-bayang sepanjang malam!

Kamis, 23 Februari 2012

Psr s900 Jubel



Tugas cerpen untuk praktek bahasa indonesia ( Frinston maruli tua situmorang)

“Aku Dan mimpiku …”

11.54 malam hari, aku baru menyelesaikan sebuah cerpen yang ditugaskan oleh guru di sekolah . Sementara dua gelas kopi, segelas air putih, , sebungkus rokok , sebotol obat tukak lambung, dan sebuah asbak dengan satu, dua, tiga, hmm….tujuh puntung rokok berserakan di sisi kiriku…..
Meskipun dilarang oleh orang tuaku , tetapi rokok bisa membuatku rileks dan dapat berfikir

Aku bangkit dari dudukku dan menyelonjorkan otot-otot punggungku yang kaku dengan berbaring di sofa … Sambil Berbaring Di sofa , aku berangan-angan menatap langit-langit rumah, di angan-angan ku , aku memikirkan dia yang telah pergi meninggalkan aku …
aku sangat rindu kepada nya, aku ingin memeluknya untuk yang terakhir kalinya …
mataku menoleh ke arah jam yang berada di sudut rumah ., waktu sudah menunjukkan pukul 01.25 dini hari rasa kantuk sudah menyelimuti ku , Perlahan-lahan aku mulai memejamkan mata sembari menarik selimut untuk menutupi kaki ku …

Aku bermimpi …

Didalam mimpi ku, aku berada di sebuah sebuah café ditengah kota di sepotong senja kelabu yang bergerimis. Hanya beberapa orang duduk di dalam café itu. Sepi. Sayup-sayup Oooo my love , my darling mengalun dari pengeras suara di sudut kiri café ..
ku melihat seseorang perempuan duduk di meja paling sudut di dekat jendela kaca. Ia memandang rinai gerimis seakan-akan menghitung jarum-jarum air yang turun satu per satu itu dengan tatapan kosong. Wajahnya cantik tetapi muram. Tubuhnya molek tetapi bahasa tubuhnya jelek sekali. Ia menggigiti ujung jari-jarinya,seakan-akan tak ada orang yang memperdulikan dia. ia juga mengetuk-ngetuk meja dengan telunjuknya, ia juga gelisah bergantian menyilangkan kedua belah betisnya yang langsing…
Sepertinya aku mengenali perempuan tersebut .. Wajah nya tak asing bagiku . ia seperti ada didalam kehidupan nyata ku.. siapakah dia ? hmmm… aku tahu.rupanya dia itu adalah mantan pacarku ..
Tanpa rasa ragu-ragu dan aku yakin itu pasti dia …
aku berjalan menuju perempuan itu.
"Kenapa kau masih di sini?" tanyaku pada dia.
Ia menoleh. Tersenyum. Tetapi tetap muram. "Menunggumu. Akhirnya kamu datang juga," jawabnya gamang..
"Sudah lama?" tanya ku
"Lama sekali. Bahkan hampir putus asa menunggumu."
"Lalu kenapa terus menunggu?"
"Karena aku yakin kamu pasti datang. Karena aku sudah berjanji tidak akan meninggalkanmu. Karena aku sudah berjanji selalu berada di sisimu."
"Ah…," aku menghela napas dan kemudian duduk di depannya.


"Kenapa kau lakukan itu? Aku sudah dimiliki seorang perempuan," kataku sambil memandangnya lekat- lekat..
Ia mengangkat bahu. "Kalau aku jawab karena aku cinta padamu…, jawabannya terdengar agak sedikit tolol ”
Kamu sudah pasti menulis terlalu banyak untuk sebuah kata cinta. Kalau aku jawab karena aku percaya padamu, mungkin akan sangat terdengar tolol. Kenapa bisa percaya kepada laki-laki yang telah memiliki dan dimiliki perempuan lain. Lalu menurutmu, aku harus menjawab apa?" ia balik bertanya.

"Jawab saja sesuai kata hatimu. Bukankah kata hati adalah suara yang paling jujur?"
"Hm…," ia bergumam agak panjang sambil menghirup kopi hangat di depannya. "Karena ngeri sekali rasanya membayangkan bila harus kehilangan dirimu," jawabnya lugu tetapi menyentuh perasaanku dan membuat ku terharu ..

"Kenapa aku?"
"Karena kamu memberikan rasa nyaman," sahutnya cepat sekali hingga aku mati kata dibuatnya.
"Apakah kamu merasa nyaman menungguku sekian lama?"
"Tidak."
"Lalu?"
Ia menikam manik mataku dengan tatapannya yang murung dan penuh pengharapan . "Tahukah kamu, kalau kangen itu adalah luka yang paling nikmatdi dunia ini ?"
"Ah, sejak kapan kamu jadi puitis?"
"Sejak bersamamu."
Aku tertawa kecil. Bersama dia memang mengasyikkan.
Jeda sejenak ketika aku memesan the manis dingin kesukaanku .
"the manis?dingin? Tidak kedinginan? Di luar hujan. Apakah tidak lebih baik memesan kopi hangat lagi?" sergah dia kepadaku ‘’aku tak bisa berfikir lagi spontan saja aku berkata ..
"Kamu selalu membuatku merasa hangat," jawabku

Olala, benarkah kata-kata pujangga bahwa dunia bisa terbalik kalau sedang jatuh cinta? Panas jadi dingin dan dingin jadi panas? Malam jadi siang dan siang jadi malam? Ah, itu kalau jatuh cinta pada saat dan orang yang tepat! Sergahku dalam hati .

Telepon selularnya yang tergeletak di atas meja mendadak mengeluarkan bunyi yang aneh tapi lucu ditelingaku .

"Siapa?" aku bertanya tanpa mampu menahan tawa. Jarang sekali aku mendengar ring tone seperti itu
Ia bergerak menekan tombol view lalu memperlihatkan sms di layar kepadaku: kamu lagi dimana chayankk ?? Kpn mo ke jkt? Kgen mo refreshing ma mu chayankk:)’
"Seekor kucing yang kesepian…," sahutnya dengan nada sumbang.
"Seekor kucing?" tanyaku spontan dengan nada agak keras
"Seorang laki-laki yang kesepian," ia mengulangi kata-katanya.
"Tadi kamu bilang seekor kucing yang kesepian."
“ Kok kamu bilang gitu ??” tanyaku



"Laki-laki bak seperti seekor kucing. Licik," sahutnya enteng. "Seekor kucing yang mengeong-ngeong minta dipangku dan dielus-elus tengkuknya. Lalu ia tidur di pangkuan majikannya.
Tetapi ketika tetangga sebelah menawarkan seekor pindang, dengan mudahnya ia mengeong, mengendus, dan menjilat kepada tetangga sebelah," sahutnya sejurus setelah menghirup minumannya lagi.

Aku tertawa tanpa bisa kucegah. "Masa sampai seperti itu?"
Ia mengangguk-angguk. Lidahnya yang merah terlihat seksi ketika ia menjilati bibirnya yang indah. "Ya, semua kucing seperti itu.. Kucing mudah tergoda dengan pindang, empal, hati, atau apa saja. Bahkan kalau tidak ada yang menawari, maka sang kucing akan mencari-cari kesempatan untuk mencuri di atas meja makan, di lemari dapur, atau bahkan mengais-ngais tempat sampah!" ujarnya pelan tetapi terasa ketus.

Aku ikut mengangguk-angguk. Ketika the manis dingin pesanan ku datang, kuhirup dulu. Rasa manis menyegarkan lidah dan tenggorokanku. Walaupun ujung hidungku juga membias dingin seperti embun yang mengkristal di badan gelas. Lalu aku menyalakan sebatang rokok kretek. Menghisapnya dalam-dalam. Menghembuskannya kuat-kuat. Rokok selalu membuatku merasa lebih tenang. Terlebih lagi jika aku berhadapan dengan dia .

Aku menatap wajahnya dengan teliti , kesimpulan yang dapat ku ambil dari raut wajahnya ..
Sepertinya dia tidak bisa melupakan aku ,tapi apa daya aku tak bisa bersamanya lagi.

Ku geleng-gelengkan kepala ku dan kembali ku tersadar dari angan-angan ku..
Agar percakapan kami tidak terasa hampa dan membosankan .
Spontan ku bertanya kepadanya “ trus kalau perempuan itu bagaimana ??”
tanyaku dengan penuh rasa penasaran…
"Perempuan seperti anjing…" jawabnya dengan nada lembut
"Anjing?!" sontak aku terkejut mendengar jawabannya ..
Didalam hati kecil ku , aku bertanya-tanya …
“ Kalau laki-laki itu seperti kucing dan perempuan itu seperti anjing , kenapa dahulu kami bisa bersatu toh .. sepengetahuanku anjing dan kucing itu tidak bisa bersatu “

“ anjing itu setia . ia akan tetap duduk setia menunggu pintu sampai tuannya pulang ke rumah. Ia tidak akan makan pemberian tetangga sebelah. Anjing hanya memakan yang disodorkan tuannya. Ia tidak akan mencuri-curi kesempatan. Bahkan terkadang, tuannya sudah bosan dan mengusirnya sambil melemparnya dengan sepatu, sang anjing masih kembali menjaga pintu rumah tuannya ‘’ begitulah aku kepadamu “ jawab nya tegas
“ Apakah kau akan setia menungguku sampai matahari tak menampakkan sinarnya lagi ?? ”"Hei, menurutmu itu setia atau tolol, sayang?" ia terkikik.
"Hm, menurutku ironis!" sahutku cepat .


Kali ini tawanya meledak. Ia tertawa sampai bahunya yang indah terguncang-guncang. Tawa panjangnya, sampai ke jalan-jalan, memantul di selokan-selokan, menembus tirai gerimis, mengalahkan
suara merdu righteous brothers, mengaung di sepanjang lorong hatiku..

’’Ya memang harus seperti itu. Ironis. Anjing dan kucing. Perempuan dan laki-laki. Kau dan aku.’’
"Kita?’’
”Ya. Kita. Kau dan aku.’’
"Kau dan aku?" aku masih tidak mengerti .
"ya , aku berharap kau mau menjadi milikku lagi !! ‘’

*****
Tersontak ku terbangun dari sofa tempatku memejamkan mata sejenak …
Ku lihat jam yang berada telepon seluler ku..
“ Hah !!! “ spontan ku terkejut
waktu sudah menunjukkan pukul 05.30 pagi

‘’ bayang-bayang mimpiku masih membayangi diriku ‘’
‘’Ini cuma imajinasi. Ini cuma ilusi !! ‘’ tegasku dalam hati
‘’ aku tak percaya ‘’ ternyata dia masih menyimpan ..

segera ku beranjak dari sofa tempatku berbaring ..
Akhirnya aku menuju kamar mandi untuk melakukan ritual kejantananku; mencuci tangan, kaki, muka dan menggosok gigi. Bah!!!!
Ketika selesai kubasuh wajahku, aku tengadah melihat pantulan diriku di cermin didepan ku ”

Didalam hati kecilku aku bertanya-tanya “
“ siapakah aku ini ??”
“ mengapa dia masih menyimpan “
“ seberapa pantas aku bersamanya “
‘’apa yang membuat dia tidak bisa melupakan aku ?? ’’

aku hanya bisa tertawa . sambil membersihkan wajahku yang tak seberapa ini ..
“ dasar perempuan tolol !! “ teriakku didalam kamar mandi kelihatan seperti orang kesurupan

‘’ segera aku keluar dari kamar mandi menuju meja makan ‘’
‘’ dddrrrrrrkkkkkk ….. dddrrrrrrrrrrkkkkkkk …… !! ‘’
telepon selulerku bergetar kencang menggoyang seisi meja
‘’ Bah !!! ‘’ ternyata ada pesan singkat dari dia yang kumimpikan barusan ..
Tanpa pikir panjang ku buka isi pesan tersebut ‘’ Datanglah melihat ku ! aku sudah tidak ada lagi didunia ini untuk menemani mu ‘’ sontak jantungku bedetak kencang tak seperti biasanya
wajahku dingin penuh ketakutan …aku tak bisa berfikir apa-apa lagi ….

frinstondtempo.blogspot.com@copyright 2012

Tugas cerpen untuk praktek bahasa indonesia ( Angga simanjuntak)

Sesosok
Sesosok perempuan muncul seperti bayangan, sehalus angin dan tanpa suara di sampingku. Perempuan itu mendadak muncul dan duduk di sampingku ketika aku sedang benar-benar tidak tahu apa lagi yang harus kutulis. Padahal aku sudah menghabiskan lima gelas kopi, sebungkus rokok kretek, dan tiga kaleng guiness beer.untuk membuka pikiran ku menyelesaikan tulisan tersebut . Tetapi aku tidak memusingkan perempuan itu. Aku tetap menghisap rokok kretekku dan menghembuskan asapnya kuat-kuat dengan harapan mendapat imajinasi dari gumpalan asap itu..
Wajahnya yang sesegar pagi cepat menghapus letihku. Diam-diam kucermati sosoknya. Ia memakai kaos putih lusuh dan celana panjang hitam…

Tubuhku perlahan-lahan berubah, dan mulai bergetaran keluar selongsong kepompong. Kemudian kudengar gema bermacam suara yang samar-samar, seakan-akan menghantarkan kepadaku cahaya pertama kehidupan yang berkilauan. Dan aku pun seketika terpesona melihat dunia untuk pertama kalinya, terpesona oleh keelokan tubuhku yang telah berubah. Itulah yang dulu aku rasakan, ketika aku berubah dari seekor ulat menjadi kupu-kupu. Dan kini aku merasakan keterpesonaan yang sama ..

"Apakah aku pelacur?" Perempuan itu bicara kepadaku. Sontak membuatku terkejut mendengar pertanyaannya. Baru kali ini aku mendengar pertanyaan seperti itu keluar dari gadis secantik dia
"Kamu pelacur bukan?" Aku balik bertanya tanpa menoleh kepadanya. Itu pertanyaan klise yang tidak perlu kujawabdan aku sendiri tidak tahu jawabannya.

"Menurutmu definisi pelacur itu bagaimana?" Ia bertanya lagi kepadaku.
"Tidur dengan lebih dari satu laki-laki," sahutku asal saja. Lagi-lagi tanpa menoleh.

"Tidur? Hanya tidur? Masa tidur saja tidak boleh?" Ia masih mendebat. "Dan katamu…lebih dari satu laki-laki. Hm…bagaimana dengan laki-laki yang tidur dengan lebih dari satu perempuan? Apakah dia juga bisa disebut pelacur laki-laki?" Ia nyerocos tanpa jeda.membuatku tambah kaku.

Tetapi, alamak…!
Aku terkejut ketika bersirobok pandang dengan bola mata perempuan itu. Matanya berwarna abu-abu! Tidak ada hitam. Dan tidak ada putih.

"Bagaimana?" Ia mengejarku dengan pertanyaannya yang membuatku tambah pening.
"Apanya yang bagaimana?" Aku tergagap sembari masih berusaha menguasai diri.

"Apakah aku pelacur?" Ia mengulangi pertanyaannya.
Kali ini, di matanya yang abu-abu tampak tergenang butiran-butiran berlian yang ditahannya tidak runtuh bila ia mengerjapkan kelopak matanya.

Aku menarik napas panjang. Membenarkan posisi dudukku.
"Kamu sedang butuh bahan cerita bukan? Tulislah aku…" Ia bertanya dan menjawab sendiri seakan-akan tahu apa yang kurasakan.
Aku semakin tak berdaya dibuatnya.dalam hati kecil ku bertanya .
‘’ mengapa dia mengajukan pertanyaan seperti itu kepada ku ?? ‘’ sementara aku tidak mengenal dia

"Ya," sahutku dengan nada berat dan sangsi. Aku takut jawaban ku membuatnya marah kepadaku

"Sebenarnya kamu siapa?" tanyaku pada akhirnya.
"Apakah itu perlu buat kamu?" Ia balik bertanya.

‘’ Ah! ‘’Aku bukan pengacara yang siap diajak berdebat kata dan bersilat lidah setiap saat. Aku hanya pengarang yang sedang mati kata.
"Baik. Panggil saja aku "Hesti." Ia berkata seakan-akan bisa membaca pikiranku.

"Hesti? Nama kamu Hesti?"
Perempuan itu tertawa. "Kamu pengarang kan? Apalah arti sebuah nama untuk seorang pengarang?
"Ya ya ya, Hesti atau siapa pun kamu, sekarang berceritalah!" tukasku kesal. Aku memang tidak butuh namamu. Aku butuh ceritamu. Butuh imajinasimu.untuk menyelesaikan karanganku.

Kuhisap rokokku dalam-dalam lalu menghembuskannya kuat-kuat. Perempuan ini sekarang mulai mengasyikkan. Ia sudah tidak membosankan dan menganggu seperti tadi. Ia mulai memberikan sensasi. Apakah begitu perasaan setiap laki-laki bila berhadapan dengan perempuan secantik dia ??

aku bisa mencium aroma tubuhnya yang wangi dan merasakan sentuhan kulitnya yang lembab dan dingin. Napasku mulai terasa sesak. Aku menutup mataku karena tidak kuat menahan gejolak birahi.

‘’ sekarang berceritalah !! ‘’ tukasku dengan nada agak kasar.

Kemudian dia menceritakan semua kisahnya yang membuatku terharu sampai meneteskan air mata.
‘’ dia adalah perempuan yang tak berdaya harus menerima kenyataan pahit bahwa dia telah dinodai oleh teman lelakinya ‘’
‘’ aku sudah tidak berharga lagi ‘’ katanya

Aku terdiam tidak mampu menjawab.
Sekarang ia mengambil sekaleng minuman ringan di dekat laptopku. Dengan sekali tegak, minuman itumeluncur melewati bibirnya, lidahnya, tenggorokannya, perutnya, ususnya, kandung kemihnya, dan mungkin akan berakhir di toilet. Ia menjilati busa guiness yang tersisa di bibirnya yang indah.

"Kata dokter, di sebelah kiri adalah jantung hati. Coba kau lihat ada apa di jantung hatiku?" ia berbisik pelan di telingaku. Napasnya menghangati daun telingaku.
Aku semakin tak kuat menahan birahi yang bergejolak didalam diriku.


Astaga!
"Apa yang kau lihat?" Ia masih berbisik seperti angin.

"Jantungmu, hatimu, paru-parumu, darahmu…."
"Ya, kenapa?"
Ia tertawa lembut sambil mengambil kembali bola mataku dari atas dadanya dan mengembalikannya ke dalam rongga mataku. Wajahnya begitu dekat dengan wajahku sehingga aku bisa menghirup napasnya yang segar.Dan ketika berlian-berlian jatuh bergulir menetes pula di pipiku lalu mengalir ke bawah, kutadah dengan tanganku.

"Air matamu hitam," kataku sambil melihat butiran-butiran berlian di tanganku.
Ia tersenyum antara tawa dan tangis. "Kenapa semua berwarna hitam ?" tanyaku pada akhirnya.
"Karena semua mulut mengatakan aku hitam. Walaupun aku tidak putih tetapi aku tidak sehitam yang mereka katakan. Bukankah hitam lebih baik daripada putih? Bukankah hitam tidak semunafik warna putih? Apakah mulut yang mengatakan aku hitam semuanya berwarna putih?" Berlian-berlian abu-abu bercucuran di pipinya yang kelabu.

"Kenapa mulut-mulut mengatakan kamu hitam? Apakah kamu pelacur? Apakah kamu tidur dengan lebih dari satu laki-laki?" Kali ini aku mengejarnya.

"Menurutmu, siapakah aku ?" Ia bertanya sambil mengambil rokok di tanganku. Lalu dengan sebuah gerakan yang sensual ia mengisap rokokku dan menghembuskannya membentuk sebuah bulatan-bulatan kecil. Ah, lagi-lagi berwarna hitam.

‘’ kau itu adalah seorang perempuan yang tertipu oleh laki-laki buaya !! ‘’ jawabku keras
"Oh, begitu menurutmu?!" Ia membelalakkan matanya yang hitam dan dari suaranya kudengar nada sumbang.

Aku terdiam tidak mampu menjawab.

“Lelaki itu dulu kutemui di bangsal sebuah gedung bioskop. Saat itu ada pertunjukan drama. Saat itu aku baru lulus sarjana akuntansi. Meskipun aku suka hitung-menghitung.
Namun aku hanya seorang manusia biasa yang ingin merasakan cinta.
Sebulan kami menjalani hubungan, Waktu itu, entah bagaimana,aku tergoda oleh rayuan setan ..
waktu seakan-akan berjalan sangat cepat Sebenarnya aku sudah mulai bisa tinggal di dalam hatinya. Dia juga sangat kerasan hidup di hatiku. Tapi sayang seribu sayang,. “ ucapnya melanjutkan kisahnya .

Dalam kesepianku, kini, aku menekuri diriku yang sibuk merajut sayap. Untuk terbang kembali menuju langit ketujuh .Tak apa, mumpung angkasa masih menyediakanku ruang. Diriku belum sama sekali hampa. Lingkunganku masih tertawa dan terbuka. Kotaku, meski tetap angkuh, toh masih mau menyapa..

"Sudahlah, sudah. Biarlah semua mengalir ‘’ jawabku dengan nada agak pelan
Tak kusadari air mata menetes, tak banyak, hanya satu dua. Tapi itu sudah cukup. Keterharuanku pada jalan hidupknya membuatku mengerti, bahwa setiap orang akan digiring kepada jalan hidupnya masing-masing. Ada yang ikhlas menerima, ada yang memberontakinya.

“Aku mengimajikan proses itu. Sebuah proses alami. Alam telah menyediakan segala sesuatunya, agar semuanya dapat berproses, tentu secara alami pula “ sahutnya

Aku semakin tak mengerti dibuatnya.


“Di bawah pohon dan perdu itu, sedikit menghampar rumput hijau, halus, enak di kaki. Di halaman depan, sama, ada rumput hijau. Di atasnya, ada pepaya, alamanda, cemara pipih, dan melati. Tanaman itu mengisi hari-hariku nanti , ya di tengah-tengah alam semesta yang besar dan "tenang" ini, aku ditimpa keraguan, kebimbangan” tukasnya tanpa jeda

Ia selalu bergumam dengan nada sesal, sambil menyaksikan kendaraan bersileweran, berhenti, datang dan pergi. Debu berhamburan dekat halaman.
Kuhidupkan sebatang rokok, kutarik dalam-dalam , kuhembuskan kuat-kuat berharap bisa menemukan imajinasi tentang tulisan ku.

Tak terasa senja telah jatuh. Warna langit di barat telah berubah. Kuning keemasan yang tadinya terlihat cerah, berganti dominasi warna merah. Aku harus cepat-cepat pulang

“Oke. Aku pulang dulu ya ?? “ sahutku kepadanya yang terlihat murung

Tetapi dia hanya menganggukkan kepala memberiku isyarat kecil.
Hanya ada dua hal di kepalaku selama perjalanan. Tapi dua hal itu sudah terlalu banyak untuk jarak tempuh yang rasanya sangat pendek ini.aku tidak bisa berkata apa-apa lagi.

Malam itu dengan sengaja aku merokok di teras rumah
segulung asap tembakau dengan cepat melesat dibawa angin ke tanah lapang. Mengental dan terpantul-pantul di rumputan yang tak rata.
Berharap aku menemukan imajinasi tentang judul tulisanku.

“ Astaga !!! ” teriakku keras
Tiba-tiba sesosok perempuan muncul dari kepulan asap tembakau ku entah datang dari mana.
Perempuan itu berbaju putih dan rambutnya agak acak-acakan.

Minggu, 19 Februari 2012

Unang tinggalhon ahu (voc Jack Marpaung)

Unang tinggalhon ahu haholongan
Unang pasombu ahu sasada ahu
Ai Holan ho sambing di rohakki
O… boan ma boan ma
Boan ma ahu ito
Masihol ahu ito haholongan
Malungun rohangki rap dohot ho
Anggo i ma nian ahu rappon ho
Ingotma ingotma ingotma ahu ito
Molo hu ingoti Janji tai
Marabur ilungki magopu rohakki
Asi roham di ahu marnida ahu
Unang tinggalon ahu hasudungan
Hansit nai di ahu dangol nai aaaaiii
unang sai unang sai unang tinggal hon ahu

Alogo na mangullus

Alogo na mangullus
Sian dia lao tudia ho
Barita aha do
Diboan ho tu ahu
Sian si boru haholonganki
Usiphon ma nanget
Tu sipareokki
Ai nungga tung masihol au nuaeng
Alogo na mangullus
Laos pasahat jo tonakkon
Tu haholonganki
na di luat na dao
paboa na malung horakkon
tonahon ma muse
paimaonna ahu
hatop manang leleng mulak do ahu
mabiar ahu marsirang
mabiar ahu gabe laos lupa
ala dao sian mata
gabe dao dohot di roha
o alogo ullusson
asa tongtong ingot di janji
ho ma na sai paingothon
asa unang mardua holong
alogo namangullus
tung pasahat tonakkon
tu haholonganku
na diluat na dao